Musim lalu Chelsea
bermain konsisten sampai akhir musim hingga keluar sebagai juara Liga Inggris
2016/2017. Gelar juara yang didapatkan The
Blues, tak lepas dari olah formasi yang dilakukan Antonio Conte, terutama
seteleh mereka menelan dua kekalahan masing-masing dari Arsenal dan Liverpool.
Chelsea mampu
mengumpulkan 93 poin dari 38 laga yang dijalani di Premier League. Unggul 7
poin dari Tottenham Hotspur yang berada di peringkat kedua dengan 86 poin.
Mereka bahkan sudah mengunci gelar saat musim menyisakan dua laga lagi.
Namun, memasuki
musim 2017/2018, dimana tim-tim lain juga sudah berbenah dengan kuncuran dana
besar-besaran seperti duo Manchester, mampukah Chelsea mempertahankan gelar
juara yang mereka raih musim lalu? Atau Conte yang harus keluar dari Stamford
Bridge?
Jika ingin
bertahan di klub asal London Barat itu, Antonio Conte harus mampu
mempertahankan gelar juaranya atau paling tidak mampu bersaing di empat besar
klasemen liga. Kalau tidak, Conte harus siap-siap meninggalkan Stamford Bridge
mengikuti jejak Mourinho.
Mourinho sudah
membuktikan itu pertengahan musim 2015/2016 lalu. Saat itu Chelsea yang baru
saja mendapatkan gelar juara hurus bercokol di zona merah sebelum diselamatkan
Guss Hiddink yang diangkat sebagai pelatih sementara.
Susahnya Mempertahankan Gelar di Inggris
Sejak Sir Alex
Ferguson memenangkan gelar Premier League pada musim 2008/2009 dan untuk ketiga
kali secara berturut-turut, belum ada tim lain yang mampu mempertahankan
gelarnya lagi di Premier League.
Dua musim
setelahnya, Chelsea dan Manchester United masing-masing saling berbagi posisi
pertama di klasemen akhir Premier League. Tahun setelahnya, giliran Manchester
City memenangkan gelar ke-3 bagi klub Manchester Biru itu.
Musim 2012/2013
kembali lagi Manchester United merampas gelar dari tetangganya. Musim depannya,
giliran City yang merebut finish di posisi satu klasemen akhir liga. Dua musim
setelahnya masing-masing diperebutkan oleh Chelsea dan Leicester City sebagai
gelar pertama mereka di Premier League yang tampil sebagai kuda hitam pada
musim 2014/2015 lalu.
Itu artinya bukan
perkara mudah untuk mempertahankan gelar juara di Premier League dalam beberapa
tahun terakhir. Bukan itu saja, klub-klub yang bersaing di papan atas pun tidak
hanya dua atau tiga tim saja seperti di La Liga atau Seria A Italia. Namun,
hampir lima sampai enam tim ikut meramaikan papan atas Premier League.
Namun, memasuki
masim 2017/2018 ini Chelsea yang musim lalu keluar sebagai juara, diprediksi
bakal kembali memperebutkan gelar juara bersama Manchester United dan
Manchester United. Dan jangan lupa, Tottenham Hotspur juga masih dihuni skuad
yang musim lalu mampu menempel Chelsea di posisi pertama. Serta Arsenal dan
Liverpool yang juga sudah melakukan penguatan tim walau tak segencar Manchester
United dan Manchester City, namun kedua tim itu selalu memberikan mimpi buruk
bagi tim-tim papan atas.
Kedalaman Tim
Tak ada yang
meragukan kekuatan Chelsea musim lalu. Mereka mampu menang 13 kali secara
berturut-turut (menyamai rekor Arsenal). Juga formasi tiga bek yang diterapkan
Chelsea menjadi inspirasi bagi tim lain di Premier League walau kadang tidak
berjalan sama seperti formasi tiga bek milik Antonio Conte.
Everton misalnya,
mereka melakukan taktik mirroring (meniru
formasi lawan) kala bertemu Chelsea. Hasilnya mereka kalah telak dengan skor
5-0. Tapi di pertandingan lain, saat melawan Tottenham, Chelsea hanya mampu
menang sekali dan sekali kalah. Juga saat bertemu dengan Manchester United,
mereka mampu membungkam Chelsea dengan skor 2-0 pada putaran kedua, walau kalah
di putaran pertama 4-0. Itu artinya lawan Chelsea sudah membaca gaya permainan
yang diterapkan Conte. Itu juga menjadi pekerjaan rumah bagi pelatih Italia
tersebut. Mereka harus memperkaya lagi taktik jika suatu saat ada lawan yang
sudah membaca dengan baik taktik yang diterapkan selama ini.
Kemenangan-kemenangan
Chelsea itu tak bisa dipisahkan dengan kemampuan pemain Chelsea menyerap taktik
dan formasi yang diusung Conte pada musim lalu. Lini tengah yang diperkuat duet
gelandang Matic dan Kante membuat lini pertahanan Chesea sedikit lebih aman, kerja
sama kedua gelandang ini mampu meminimalisir serangan-serangan yang dibangun lawan.
Juga kecepatan dua pemain depan Chelsea yaitu Eden Hazar dan Pedro yang
diberikan keleluasaan bermain. Tidak jarang mereka bertukar posisi jika
menemunkan kebuntuan di sepertiga akhir serangan.
Nama Diego Costa
juga tak bisa dilupakan begitu saja. Ia mampu membuat 20 gol untuk Chelsea di
Premeir League serta keluar sebagai top skor tim asal London barat itu. Namun,
memasuki musim 2017/2018, beberapa pemain yang musim lalu berperan vitas bagi
kemenangan Chelsea tak lagi memperkuat mereka dengan berbagai alasan.
Matic misalnya,
sudah dijual ke Manchester United. Diego Costa sudah dipastikan tidak masuk
dalam rencana Antonio Conte musim ini. Nama Zouma yang musim lalu sering turun sebagai
cadangan juga dipinjamkan ke Stoke City.
Eden Hazar sebagai
motor serangan bagi The Blues musim
masih dibekap cidera. Kemungkinan besar Hazard harus absen sampai akhir
September nanti.
Kehilangan Matic
sebagai gelandang box to box sangat
berpengaruh bagi lini tengah Chelsea. Ditambah lagi Bakayoko yang baru saja
dibeli, harus menepi di awal-awal musim karena dibekap cidera. Otomatis hanya
Ces Fabregas yang tersisa. Nahas, Fabregas juga harus menjalani hukuman bermain
akibat kartu merah yang diterimanya saat menghadapi Burnley akhir pekan
kemarin.
Untuk urusan
transfer, pada bursa transfer musim panas ini, Chelsea baru mendapatkan empat
pemain; Rudiger, Bakayoko, Morata, dan kiper Caballero. Sementara mereka
kehilangan beberapa pemain inti. Beberapa diantaranya merupakan pemain muda
yang tidak sabar menanti jatah bermain dari Conte hingga memilih pindah dengan
harapan bisa bertambah menit bermain.
Kapten Chelsea,
Gary Cahill mengakui jika timnya masih kekurangan pemain dalam menghadapai
musim 2017/2018 ini. “Mungkin saya berbicara keluar dari konteks, saya
memikirkan itu jadi tidak ada perkataan yang sesuai fakta jika Anda melihat
kembali ke acara televisi yang menyebut skuat kami kecil,” kata Cahill.
Kesimpulan
Chelsea mengalami krisis
gelandang dalam menghadapi musim 2017/2018 ini. The Blues hanya punya tiga pilihan pemain untuk mengisi lini tengah
yaitu Fabregas, Bakayoko, dan Kante. Ditambah pemain muda Kenedy.
Di lini serang
mereka juga mengalami kesulitan setelah Diego Costa tak masuk dalam rencana
Antonio Conte musim ini. Hanya ada Batshuayi dan Morata, itu pun belum terlalu
padu dengan gaya permainan Chelsea.
Dengan skuad yang
ada saat ini mereka bakal mengalami kesulitan dalam mempertahankan gelar juara.
Ditambah lagi mereka harus bermain di Liga Champion, maka akan semakain padat
jadwal yang harus mereka jalani, takutnya kemungkinan cidera semakin rentan
jika tidak dilakukan rotasi pemain.
Saran
Maka untuk
mempertahankan gelar juara, mau tidak mau manajemen Chelsea harus menambah
beberapa pemain lagi, untuk mengimbangi tim inti yang ada saat ini. Ini juga
bertujuan jika suata saat nanti ada pemain yang mengalami cidera atau harus
menerima larangan bermain, maka sudah ada pengganti yang cocok dengan formasi
yang diterapkan Conte.
Jika tidak ada
tambahan pemain, besar kemungkinan Antonio Conte akan angkat koper lebih awal
dari Stamford Bridge. Mourinho sudah membuktikan itu.