Mampukah Chelsea Mempertahankan Gelar, Atau Conte yang Harus Keluar -->

Mampukah Chelsea Mempertahankan Gelar, Atau Conte yang Harus Keluar

Kamis, 17 Agustus 2017, Agustus 17, 2017

Musim lalu Chelsea bermain konsisten sampai akhir musim hingga keluar sebagai juara Liga Inggris 2016/2017. Gelar juara yang didapatkan The Blues, tak lepas dari olah formasi yang dilakukan Antonio Conte, terutama seteleh mereka menelan dua kekalahan masing-masing dari Arsenal dan Liverpool.

Chelsea mampu mengumpulkan 93 poin dari 38 laga yang dijalani di Premier League. Unggul 7 poin dari Tottenham Hotspur yang berada di peringkat kedua dengan 86 poin. Mereka bahkan sudah mengunci gelar saat musim menyisakan dua laga lagi.

Namun, memasuki musim 2017/2018, dimana tim-tim lain juga sudah berbenah dengan kuncuran dana besar-besaran seperti duo Manchester, mampukah Chelsea mempertahankan gelar juara yang mereka raih musim lalu? Atau Conte yang harus keluar dari Stamford Bridge?

Jika ingin bertahan di klub asal London Barat itu, Antonio Conte harus mampu mempertahankan gelar juaranya atau paling tidak mampu bersaing di empat besar klasemen liga. Kalau tidak, Conte harus siap-siap meninggalkan Stamford Bridge mengikuti jejak Mourinho.

Mourinho sudah membuktikan itu pertengahan musim 2015/2016 lalu. Saat itu Chelsea yang baru saja mendapatkan gelar juara hurus bercokol di zona merah sebelum diselamatkan Guss Hiddink yang diangkat sebagai pelatih sementara.

Susahnya Mempertahankan Gelar di Inggris

Sejak Sir Alex Ferguson memenangkan gelar Premier League pada musim 2008/2009 dan untuk ketiga kali secara berturut-turut, belum ada tim lain yang mampu mempertahankan gelarnya lagi di Premier League.

Dua musim setelahnya, Chelsea dan Manchester United masing-masing saling berbagi posisi pertama di klasemen akhir Premier League. Tahun setelahnya, giliran Manchester City memenangkan gelar ke-3 bagi klub Manchester Biru itu.

Musim 2012/2013 kembali lagi Manchester United merampas gelar dari tetangganya. Musim depannya, giliran City yang merebut finish di posisi satu klasemen akhir liga. Dua musim setelahnya masing-masing diperebutkan oleh Chelsea dan Leicester City sebagai gelar pertama mereka di Premier League yang tampil sebagai kuda hitam pada musim 2014/2015 lalu.

Itu artinya bukan perkara mudah untuk mempertahankan gelar juara di Premier League dalam beberapa tahun terakhir. Bukan itu saja, klub-klub yang bersaing di papan atas pun tidak hanya dua atau tiga tim saja seperti di La Liga atau Seria A Italia. Namun, hampir lima sampai enam tim ikut meramaikan papan atas Premier League.

Namun, memasuki masim 2017/2018 ini Chelsea yang musim lalu keluar sebagai juara, diprediksi bakal kembali memperebutkan gelar juara bersama Manchester United dan Manchester United. Dan jangan lupa, Tottenham Hotspur juga masih dihuni skuad yang musim lalu mampu menempel Chelsea di posisi pertama. Serta Arsenal dan Liverpool yang juga sudah melakukan penguatan tim walau tak segencar Manchester United dan Manchester City, namun kedua tim itu selalu memberikan mimpi buruk bagi tim-tim papan atas.

Kedalaman Tim

Tak ada yang meragukan kekuatan Chelsea musim lalu. Mereka mampu menang 13 kali secara berturut-turut (menyamai rekor Arsenal). Juga formasi tiga bek yang diterapkan Chelsea menjadi inspirasi bagi tim lain di Premier League walau kadang tidak berjalan sama seperti formasi tiga bek milik Antonio Conte.

Everton misalnya, mereka melakukan taktik mirroring (meniru formasi lawan) kala bertemu Chelsea. Hasilnya mereka kalah telak dengan skor 5-0. Tapi di pertandingan lain, saat melawan Tottenham, Chelsea hanya mampu menang sekali dan sekali kalah. Juga saat bertemu dengan Manchester United, mereka mampu membungkam Chelsea dengan skor 2-0 pada putaran kedua, walau kalah di putaran pertama 4-0. Itu artinya lawan Chelsea sudah membaca gaya permainan yang diterapkan Conte. Itu juga menjadi pekerjaan rumah bagi pelatih Italia tersebut. Mereka harus memperkaya lagi taktik jika suatu saat ada lawan yang sudah membaca dengan baik taktik yang diterapkan selama ini.

Kemenangan-kemenangan Chelsea itu tak bisa dipisahkan dengan kemampuan pemain Chelsea menyerap taktik dan formasi yang diusung Conte pada musim lalu. Lini tengah yang diperkuat duet gelandang Matic dan Kante membuat lini pertahanan Chesea sedikit lebih aman, kerja sama kedua gelandang ini mampu meminimalisir serangan-serangan yang dibangun lawan. Juga kecepatan dua pemain depan Chelsea yaitu Eden Hazar dan Pedro yang diberikan keleluasaan bermain. Tidak jarang mereka bertukar posisi jika menemunkan kebuntuan di sepertiga akhir serangan.

Nama Diego Costa juga tak bisa dilupakan begitu saja. Ia mampu membuat 20 gol untuk Chelsea di Premeir League serta keluar sebagai top skor tim asal London barat itu. Namun, memasuki musim 2017/2018, beberapa pemain yang musim lalu berperan vitas bagi kemenangan Chelsea tak lagi memperkuat mereka dengan berbagai alasan.

Matic misalnya, sudah dijual ke Manchester United. Diego Costa sudah dipastikan tidak masuk dalam rencana Antonio Conte musim ini. Nama Zouma yang musim lalu sering turun sebagai cadangan juga dipinjamkan ke Stoke City.

Eden Hazar sebagai motor serangan bagi The Blues musim masih dibekap cidera. Kemungkinan besar Hazard harus absen sampai akhir September nanti.

Kehilangan Matic sebagai gelandang box to box sangat berpengaruh bagi lini tengah Chelsea. Ditambah lagi Bakayoko yang baru saja dibeli, harus menepi di awal-awal musim karena dibekap cidera. Otomatis hanya Ces Fabregas yang tersisa. Nahas, Fabregas juga harus menjalani hukuman bermain akibat kartu merah yang diterimanya saat menghadapi Burnley akhir pekan kemarin.

Untuk urusan transfer, pada bursa transfer musim panas ini, Chelsea baru mendapatkan empat pemain; Rudiger, Bakayoko, Morata, dan kiper Caballero. Sementara mereka kehilangan beberapa pemain inti. Beberapa diantaranya merupakan pemain muda yang tidak sabar menanti jatah bermain dari Conte hingga memilih pindah dengan harapan bisa bertambah menit bermain.

Kapten Chelsea, Gary Cahill mengakui jika timnya masih kekurangan pemain dalam menghadapai musim 2017/2018 ini. “Mungkin saya berbicara keluar dari konteks, saya memikirkan itu jadi tidak ada perkataan yang sesuai fakta jika Anda melihat kembali ke acara televisi yang menyebut skuat kami kecil,” kata Cahill.

Kesimpulan

Chelsea mengalami krisis gelandang dalam menghadapi musim 2017/2018 ini. The Blues hanya punya tiga pilihan pemain untuk mengisi lini tengah yaitu Fabregas, Bakayoko, dan Kante. Ditambah pemain muda Kenedy.

Di lini serang mereka juga mengalami kesulitan setelah Diego Costa tak masuk dalam rencana Antonio Conte musim ini. Hanya ada Batshuayi dan Morata, itu pun belum terlalu padu dengan gaya permainan Chelsea.

Dengan skuad yang ada saat ini mereka bakal mengalami kesulitan dalam mempertahankan gelar juara. Ditambah lagi mereka harus bermain di Liga Champion, maka akan semakain padat jadwal yang harus mereka jalani, takutnya kemungkinan cidera semakin rentan jika tidak dilakukan rotasi pemain.

Saran

Maka untuk mempertahankan gelar juara, mau tidak mau manajemen Chelsea harus menambah beberapa pemain lagi, untuk mengimbangi tim inti yang ada saat ini. Ini juga bertujuan jika suata saat nanti ada pemain yang mengalami cidera atau harus menerima larangan bermain, maka sudah ada pengganti yang cocok dengan formasi yang diterapkan Conte.


Jika tidak ada tambahan pemain, besar kemungkinan Antonio Conte akan angkat koper lebih awal dari Stamford Bridge. Mourinho sudah membuktikan itu.

TerPopuler